Ahlul Bait Dalam Persepsi Sekte Syi’ah.

Sepanjang sejarah, agama Syi’ah senantiasa mengaku-aku sebagai pencinta Ahlul Bait, yaitu keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka mengesankan kepada setiap orang bahwa mereka adalah para pembela hak-hak ahlul bait. Mungkin selama ini kita mempercayainya, terlebih-lebih masalahini memang menjadi barang dagangan utama agama Syi’ah dalam menyebarkan kesesatan mereka. Akan tetapi, sekarang ini sudah saatnya bagi anda untuk sedikit mengoreksi kebenaran dakwaan tersebut.

Untuk membantu anda menelusuri kebenaran pengakuan mereka, maka berikut saya ajak anda untuk mencermati beberapa riwayat dan ucapan tokoh-tokoh Syi’ah tentang ahlul bait.

Riwayat pertama

ارتد الناس بعد النبي صلى الله عليه وآله إلا ثلاثة نفر: المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري وسلمان الفارسي، ثم إن الناس عرفوا ولحقوا بعد.

“Seluruh manusia menjadi murtad sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘aalihi kecuali tiga orang: Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifary, dan Salman Al Farisy, kemudian setelah itu manusia mulai menyadari, dan kembali masuk Islam. “([1])

Dan pada versi lain, mereka meriwayatkan:

إن رسول الله صلى الله عليه وآله لما قبض، صار الناس كلهم أهل جاهلية إلا أربعة: علي والمقداد وسلمان وأبو ذر.

“Sesungguhnya tatkala Rasulullah shallallahu ‘alai wa ‘aalihi meninggal dunia, seluruh manusia kembali kepada kehidupan jahiliyyah, kecuali empat orang saja: yaitu Ali, Al Miqdad, Salman dan Abu Dzar.” ([2])

Coba anda amati kedua riwayat ini, apakah ahlul bait tercakup dalam riwayat ini atau tidak? Riwayat pertama hanya mengecualikan tiga orang, dan riwayat kedua hanya mengecualikan empat orang. Dengan demikian seluruh ahlul bait, diantara Fatimah, kedua putranya; Al Hasan dan Al Husain, Al Abbas paman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan ahlul bait lainnya termasuk orang-orang yang mereka nyatakan telah murtad sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Demikianlah saudaraku, cara-cara agama Syi’ah menyanjung Ahlul Bait.

Riwayat kedua :

Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjenguk putri tercintanya Fatimah, setibanya di rumah  Fatimah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada Fatimah:

كيف تجدنيك؟ قالت: والله قد اشتد حزني واشتدت فاقتي وطال سقمي، فقال: أوما ترضين أني زوجتك أقدم أمتي سلما وأكثرهم علما وأعظمهم حلما

“Bagaimana perasaanmu? Fatimahpun menjawab: Sungguh demi Allah, rasa dukaku sengat mendalam, kemiskinanku begitu parah, dan penderitaanku bergitu berkepanjangan. Mendengar keluhan putrinya itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Walau demikian, tidakkah engkau menjadi ridha karena aku telah menikahkanmu dengan lelaki yang paling dahulu masuk islam, paling berilmu dan paling besar kesabarannya.”

Riwayat ini bisa anda dapatkan dalam beberapa referensi agama Syi’ah, diantaranya: Al Arba’un Haditsan hal 53, karya Ali bin Ubaidillah bn Babuyah Ar Razy wafat thn: 585 H, Bihaarul Anwar 38/19, karya Al Majlisi wafat thn 1111 H & Al Muraja’aat 305, karya As Sayyid Abdul Husain Syarafuddin, wafat thn 1377 H.

Allahu Akbar, Fatimah bin Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tak kunjung menerima pernikahannya dengan sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, karenanya ia senantiasa dirundung duka, penyesalan dan penderitaannya. Fakta ini menjadikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa perlu untuk menyebutkan keutamaan-keutamaan sahabat Ali bin Abi Thalib.

Bahkan pada awalnya, Fatimah menolak lamaran sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu. Taukah anda, apa alasan sikap Fatimah, yang merasa keberatan untuk menerima lamarannya ? Simaklah penuturan agama Syi’ah berikut:

يا رسول الله، أنت أولى مني بما ترى غير أن نساء قريش تحدثني عنه أنه رجل دحداح البطن طويل الذراعين ضحم الكراديش أنزع عظيم العينين والسكنة لمنكبيه مشاشا كمشاش البعير ضاحك السن لا ما له.

“Ya Rasulullah, engkau lebih mengetahui tentang pilihanmu daripada aku, akan tetapi wanita-wanita Quraisy menceritakan kepadaku tentangnya, bahwa ia adalah lelaki yang berpostur tubuh pendek, besar perutnya, lengannya panjang, sendi-sendinya besar, berkepala botak, kedua bola mata dan wajahnya besar, bahunya memiliki tonjolan bak punuk onta, giginya menonjol ke muka, dan miskin tak memiliki harta.”

Riwayat ini dapat anda baca pada : Tafsir Al Qummi 2/336, karya Abul Hasan Ali bin Ibrahim Al Qummi, wafat thn 329 H & Bihaarul Anwaar 43/99, karya Muhammad Baqir Al Majlisi wafat thn 1111 H.

Demikianlah ekspresi sanjungan dan pujian agama Syi’ah terhadap Ahlul Bait, diantaranya Fatimah dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhuma.

Dan demikianlah, perseksi agama Syi’ah tentang imam mereka Ali bin Abi Thalib, begitu banyak kekurangannya sehingga Fatimah bintu Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kesusahan untuk mendapatkan kebaikannya.

Saudaraku, apa pendapat anda terhadap riwayat di atas, apakah itu mencerminkan sikap orang yang benar-benar mengagungkan, mencintai dan membela ahlul bait?

Demikianlah persepsi dan perilaku para pengikut agama Syi’ah terhadap sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu. Tidak mengherankan bila beliau membuat pernyataan resmi tentang jati diri agama Syi’ah yang menjadi pengikutnya dengan  berkata:

يا أشباه الرجال ولا رجال، حلوم الأطفال وعقول ربات الحجال، لوددت أني لم أركم ولم أعرفكم معرفة، والله جرت ندما وأعقبت ذما، قاتلكم الله، لقد ملأتم قلبي قيحا وشحنتم صدري غيظا وجرعتموني نغب التهمام أنفاسا وأفسدتم علي رأيي بالعصيان والخذلان.

“Wahai orang-orang yang berpenampilan lelaki akan tetapi tidak ada seorangpun yang berjiwa lelaki, berperilaku kekanak-kanakan, berpikiran layaknya kaum wanita. Sungguh aku berangan-angan andai aku tidak pernah menyaksikan, dan tidak mengal kalian sama sekali. Sungguh demi Allah, aku telah dirundung penyesalan, dan memikul celaan. Semoga Allah membinasakan kalian, sungguh kalian telah memenuhi hatiku dengan kebencian, membanjiri dadaku dengan kemarahan. Kalian juga telah memaksaku untuk menanggung kegundahan, menghancurkan kecerdasanku dengan perilaku kalian yang senantiasa membangkang dan berkhianat.”

Pengakuan sahabat Ali bin Abi Thalib ini dapat anda baca pada kitab: Nahjul Balaghah (ensiklopedia khutbah-khutbah Imam Ali bin Abi Thalib) 1/70 & Al Kafi 5/6, karya Al Kulaini wafat thn 329 H.

Bila demikian ini pernyataan imam Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu tentang para pengikutnya yang merupakan generasi pertama agama Syi’ah, maka masihkah anda beranggapan bahwa mereka adalah para pembela dan  pengikut alul bait dan anak cucu sahabat Ali bin Abi Thalib?

Riwayat ketiga :

Saudaraku! Mungkinkah anda akan tetap mempercayai dan berteman dengan orang yang pernah mencurigai istri anda telah berzina dan meragukan status anak kesayangan anda?

Apapun jawaban anda, yang jelas perbuatan ini telah dilakukan oleh agama Syi’ah dengan imam mereka ke-8, yaitu Ali bin Musa bin Ja’far yang dikenal dengan Ar Ridha wafat thn: 203 H.

Pada suatu hari para pemuka agama Syi’ah mendatangi rumah Ali bin Musa bin Ja’far Ar Ridha guna meminta kejelasan tentang status putranya yang bernama Muhammad yang kemudian dijuluki dengan Al Jawwad. Berikut percakapan yang berlangsung antara mereka:

ما كان فينا إمام قط حائل اللون؟ فقال لهم الرضى عليه السلام: هو ابني: قالوا فإن رسول الله صلى الله عليه وآله قضى بالقافة، فبيننا وبينك القافة؟ فقال لهم: ابعثوا أنتم إليهم، فأما أنا فلا.

“Kita tidak pernah memiliki seorang imampun yang berkulit hitam? Mendengar ucapan para pengkutnya ini, Ar Ridha (Ali bin Musa bin Ja’far) ‘alaihissalaam: Dia adalah benar-benar putraku sendiri. Mereka menjawab: Bila demikian, maka sesungguhnya dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘aalihi menggunakan al qaafah (peramal jejak kaki), bila demikian, maka al qaafah sebagai penengah antara kami dan engkau. Maka Ar Ridhapun menjawab tantangan mereka dengan berkata: Bila demikian, maka silahkan kalian yang memanggil Al Qaafah, adapun aku, maka tidak akan pernah mengundang mereka.”

Riwayat ini dapat anda temui pada kita : Al Kaafi 1/322 karya Al Kulaini wafat thn 329 H & Wasaa’ilus Syi’ah 17/174 karya Al Hur Al ‘Aamili wafat thn 1104 H.

Coba bayangkan, apa dan bagaimana kira-kira perasaan imam Ali bin Musa bin Ja’far Ar Ridha tatkala menghadapi para pengikutnya yang meragukan kebenaran nasab putra tercintanya? Betapa runtuh hati beliau dan betapa mendalam luka batin beliau akibat ulah agama Syi’ah ini? Betapa tidak, orang-orang yang selama ini ia percayai dan mengaku sebagai pengikut setianya, sekarang meragukan akan kesucian istri tercintanya dan status nasab putra kesayangannya?

Saudaraku! tidakkah kejadian semacam ini menjadikan anda bertanya-tanya kepada agama Syi’ah: Bukankah anda meyakini bahwa imam anda mengetahui segala hal yang gaib, lalu mengapa pendahulu anda meragukan keterangan imam anda? Ar Ridha telah menegaskan bahwa ia yakin istrinya tidak berzina dan putranya itu adalah benar-benar terlahir dari dirinya.

Walau demikian, para pemuka Syi’ah tidak segera mempercayainya sampai-sampai mereka merasa perlu untuk meminta persaksian seorang peramal jejak kaki.

Sikap agama Syi’ah ini hanya memiliki dua penafsiran, dan kedua-duanya pahit untuk ditelah oleh agama Syi’ah:

  1. Ar Ridha dan juga para imam sebelum dan sesudahnya adalah manusia biasa yang tidak mengetahui hal yang gaib. Dengan demikian apa yang selama ini dipropagandakan oleh tokoh-tokoh Syi’ah seputar keistimewaan imam-imam bahwa mereka adalah ma’shum batil adanya, alias tidak benar.
  2. Ar Ridha benar-benar mengetahui hal yang ghaib dan apa yang ia katakan tentang status putranya benar adanya. Dengan demikian para penganut agama Syi’ah yang meragukan kebenaran ucapannya adalah musuh-musuh para imam dan Ahlul Bait, karena telah menghinakan atau meragukan kebenaran ucapan para imam.

Apapun pilihan anda, maka itu merupakan bukti bahwa anggapan agama Syi’ah yang selama ini mengaku sebagai pengikut ahlul bait adalah sekedar isapan jempol alias dusta.

Riwayat keempat :

Pada suatu hari salah seorang  tokoh Syi’ah yang bernama Sufyan bin Laila mendatangi rumah Al Hasan bin Ali, didapatkan beliau sedang duduk-duduk sambil berselimut di depan rumahnya. Sepontan Sufyan bin Laila mengucapkan salam kepada Al Hasan dengan berkata:

السلام عليك يا مذل المؤمنين!، قال: وما علمك بذلك؟ قال: عمدت إلى أمر الأمانة، فحللته عن عنقك وقلدته هذه الطاغية يحكم بغير ما أنزل الله

“Semoga keselamatan atasmu, wahai orang yang telah menghinakan kaum mukminin! Al Hasanpun bertanya: Darimana engkau mengetahui hal itu? Ia menjawab: Engkau telah memangku kepemimpinan, lalu engkau melepaskannya dari bahumu, dan selanjutnya engkau sematkan di bahu penjahat ini agar ia leluasa menerapkan hukum selain hukum Allah.”

Saudaraku, mungkin anda akan tercengang membaca riwayat ini. Walau demikian, saya harap anda masih kuasa menahan diri, sehingga kuasa membaca kelanjutan kisahnya.

Saudaraku! Pada akhir riwayat Al Hasan bertanya kepada Sufyan bin Laila tentang alasan ia mendatangi dirinya:

ما جاء بك؟ قال: حبك.

“Apa yang menyebabkanmu datang ke mari? Sufyan menjawab: Rasa cinta kepadamu.”

Riwayat ini bisa anda temui pada beberapa refensi agama Syi’ah, diantaranya : Al Ikhtishash hal 82, karya As Syeikh Al Mufid wafat thn: 413 H, Ikhtiyaar Ma’rifat Ar Rijal 1/327, karya As Syeikh At Thusi wafat thn: 460 & Bihaarul Anwaar 44/24, karya Muhammad Baqir Al Majlisi wafat thn: 1111 H.

Demikianlah agama Syi’ah mengekspresikan kecintaan mereka kepada imam kedua mereka. Menurut anda, apakah dengan sikap semacam ini, agama Syi’ah benar-benar mencintai ahlul bait?

Tegakah anda meneladani metode agama Syi’ah dalam mengekspresikan cinta anda kepada ahlul bait (keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam)?

Bila anda adalah orang jawa, niscaya anda pernah mendengar pepatah  arum jamban (seharum baut comberan). Nah perilaku agama Syi’ah dalam mengungkapkan rasa cinta mereka ini adalah salah satu contoh nyata dari pepatah ini.

Coba anda bayangkan: Suatu saat anda sedang duduk-duduk dengan seorang sahabat anda, tiba-tiba ia berkata : Wah, baumu seharum jamban, parfum apakah yang engkau gunakan? Apa perasaan dan sikap anda mendengar ucapan sahabat anda ini? Kira-kira demikianlah gambaran dari ucapan dan sikap Sufyan bin Laila kepada Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Riwayat ini menurut hemat saya hanya memiliki dua penafsiran, dan kedua-duanya pahit untuk ditelah oleh agama Syi’ah:

  1. Ucapan Sufyan ini adalah salah, karena Al Hasan tidak pernah menghinakan umat Islam, bahkan dengan kebesaran jiwanya beliau merendah diri dan menyerahkan kepemimpinan umat Islam kepada sahabat Mu’awiyyah. Berkat keluhuran jiwanya inilah persatuan umat Islam berhasil dirajut kembali dan kekuatan umat Islam kembali utuh. Dengan demikian beliau telah melakukan hal terpuji, dan inilah apa yang jauh-jauh hari telah dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabdanya :

(إِنَّ ابْنِى هَذَا سَيِّدٌ ، وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ)

“Sesungguhnya putraku ini adalah seorang pemimpin, dan semoga saja Allah mendamaikan dengannya antara dua kelompok besar dari umat Islam.” Riwayat Bukhari.

  1. Ucapan Sufyan benar adanya, dan Al Hasan benar-benar telah menghinakan umat Islam, dan menurut agama Syi’ah ini adalah suatu prestasi yang patut disyukuri, karenanya mereka bangga dan menjadi semakin cinta kepada orang yang berhasil mewujudkan prestasi ini. Bila kemungkinan ini yang terjadi maka, ini menjadi bukti bahwa agama Syi’ah sebenarnya adalah musuh dalam selimut bagi umat Islam.

Oleh karena itu pada riwayat lain Al Hasan menjawab ucapan Sufyan bin Laila di atas dengan menjelaskan jati diri para pengant agama Syi’ah yang merupakan mayoritas penduduk kota Kufah. Beliau berkata:

إن الذي أحوجني إلى ما فعلت : قتلكم أبي وطعنكم إياي وانتهابكم متاعي وإنكم لما سرتم إلى صفين كان دينكم أمام دنياكم، وقد أصبحتم ودنياكم أمام دينكم …….. إني رأيت أهل الكوفة قوما لا يوثق بهم، وما اغتر بهم إلا من ذل، ليس رأي أحدهم يوافق رأي الآخر، ولقد لقي أبي منهم أمورا صعبة وشدائد مرة، وهي أسرع البلاد خرابا وأهلها هم الذي فرقوا دينهم وكانوا شيعا

“Sesungguhnya yang menjadikan aku melakukan hal ini ialah karena kalian telah membunuh ayahku, melukai diriku, dan merampas harta-bendaku. Sesungguhnya kalian tatkala berangkat menuju daerah Shiffin, agama kalian lebih kalian utamakan dibanding dunia kalian, sedangkan sekarang dunia kalian lebih kalian dahulukan dibanding agama kalian……..Sesungguhnya mendapatkan penduduk kota Kufah adalah suatu kaum yang tidak dapat dipercaya. Tidaklah ada orang yang terperdaya dengan mereka melainkan ia akan menjadi orang yang terhina. Mereka hobi berselisih pendapat,sampai-sampai tidak ada dua orangpun yang sependapat dalam suatu hal. Sungguh ayahku telah merasakan dari mereka berbagai hal yang menyusahkan, dan berbagai pengalaman pahit. Kufah adalah kota paling cepat rusak, dan penduduknyalah yang memecah belah agama mereka, dan senantiasa berpecah belah.” ([3])

Saudaraku! Riwayat-riwayat semacam ini dapat dengan mudah anda temui di referensi-referensi terpercaya agama Syi’ah, nah bila demikian ini adanya, masihkah anda percaya bahwa mereka adalah para pengikut setia Ahlul Bait?

Saudaraku! Ini semualah yang menjadikan sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu pada salah satu khutbahnya di hadapan seluruh agama Syi’ah kala itu untuk berkata:

فرق الله بيني وبينكم وأعقبني بكم من هو خير لي منكم، وأعقبكم من هو شر لكم مني، إمامكم يطيع الله وأنتم تعصونه وإمام أهل الشام يعصي الله وهم يطيعونه. والله لوددت أن معاوية صارفني بكم صرف الدينار بالدرهم، فأخذ مني عشرة منكم وأعطاني واحدا منهم، والله لوددت أني لم أعرفكم ولم تعرفوني، فإنها معرفة جرت ندما.

“Semoga Allah memisahkan kita, memberiku sahabat pengganti kalian yang lebih baik dari pada kalian, dan memberikan kalian  pemimpin penggantiku yang lebih buruk daripada aku. Pemimpin kalian selalu taat kepada Allah, sedangkan kalian bermaksiat kepada-Nya. Adapun pemimpin penduduk Syam, ia bermaksiat kepada Allah sedangkan rakyatnya taat kepada-Nya. Sungguh demi Allah, aku berangan-angan andai Mu’awiyah sudi untuk mempertukarkan kalian layaknya uang dinar (emas) ditukar dengan uang dirham (perak), dengan demikian ia menerima sepuluh orang dari kalian dan memberiku seorang dari pengikutnya. Dan Sungguh demi Allah andai saja aku tidak pernah mengenal kalian dan kalian juga tidak pernah mengenalku, karena sesungguhnya perkenalan kita telah mendatangkan penyesalan yang mendalam.”

Pengakuan dan penyesalan sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu ini dapat anda baca pada kitab : Nahjul Balaghah 1/188, yang merupakan ensiklopedi ceramah-ceramah beliau menurut versi agama Syi’ah. Anda juga dapat membacanya pada buku : Al Irsyad karya As Syeikh Al Mufid wafat thn 413 H.

Bila demikian pengakuan sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu tentang para penganut paham Syi’ah, maka masihkah anda terperdaya dengan propaganda mereka? Mungkinkah anda lebih memahami dan mengenal agama Syi’ah dibanding sahabat Ali bi Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu? Atau mungkinkah selama ini anda terperdaya oleh permainan sandiwara para pewaris tokoh-tokoh yang telah membuat sahabat Ali bin Abi Thalib menyesal dan berang?


[1] ) Al Ikhtishash, karya As Syeikh Mufid hal: 6.

[2] )  Tafsir Al ‘Ayyasyi 1/199, karya An Nadher Muhammad bin Mas’ud As Samarqandi wafat thn: 320 H, Bihaarul Anwaar 22/333 karya Al Majlisy, wafat thn 1111 H.

[3] )  Biharul Anwaar 44/23-24.