Agus Hasan Bashori ibn Qomari

(disampaikan dalam kajian ilmiah di UNAIR Surabaya pada hari Ahad 5 Juni 2011 diselenggarakan oleh Forum Kajian Islam Surabaya)

Pendahuluan

الحمدُ للهِ القائل ِفي مُحكم ِالتنزيل : ﴿إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ﴾ الرعد/11

Abad ke 15 Hijriah ini pernah disebut sebagai abad kebangkitan Islam, dengan harapan bisa menggerakkan semangat dan usaha untuk mengembalikan kejayaan Islam. Namun sampai saat ini kondisi umat Islam masih terpuruk, yang secara umum masih dalam kondisi “terjajah”.

Dalam kajian Islam kali ini kita akan mendiskusikan beberapa problematika umat dan tantangannya dan kita lanjutkan dengan solusianya, terutama hal-hal yang bisa kita kerjakan, sebab Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لا يَعْنِيهِ (الترمذى، وابن ماجه، والبيهقى فى شعب الإيمان عن أبى هريرة)

Kompleksitas Problem

Di bidang ekonomi masyarakat Muslim dunia sama sekali tidak bisa diandalkan. Sampai sekarang sistem yang dipakai tetap saja kapitalisme dengan segala konsekuensinya. Negara-negara Muslim yang memang sudah miskin semakin miskin saja dengan kapitalisme yang dibanggakan Amerika itu. Sistem perekonomian Islam yang menjanjikan keadilan itu tidak mencul sama sekali. Sistem bank konvensional (riba) masih menjadi pilihan utama masyarakat dunia, kalau tidak karena terpaksa. Belum lagi dengan kemiskinan negara-negara Muslim yang menyebabkan mereka harus berhutang pada negara-negara kapitalis. Yang pada gilirannya juga akan mempersulit mereka. Bahkan untuk sekedar membayar bunga hutang.

Dari segi politik juga demikian. Amerika dengan PBB praktis menguasai seluruh negara didunia tidak terkecuali negara Muslim. Dengan kekuatan persenjataan dan teknologi tinggi, secara politis Amerika telah menjadi polisi dunia. Begitu pula kelompok-kelompok pertahanan dan politik seperti NATO yang lumayan represif terhadap Islam. Di pentas dunia, negara-negara Muslim sendiri tidak punya kekuatan jika dibanding mereka. Organisasi negara-negara Islam seperti OKI tidak bisa berbuat banyak menghadapi PBB dan NATO. Bahkan sekedar turut berperan serta dalam menentukan harga dan kuota minyak – yang negara-negara arab sangat berkepentingan terhadap hal itu- tidak mampu dilakukan. Fakta-fakta masih terpinggirkannya peran Islam dalam dunia internasional ditambah lagi dengan problem umat islam di Palestina, Afghanistan, Irak, Sudan, Tunisia, Mesir, Eriteria, Kashmir, Cechnya, dll. Belum lagi problem kaum muslimin minoritas di belahan bumi ini.

Kini umat Islam bahkan agama Islam sedang mengalami tekanan hebat dengan isu terrorisme.

Ismail Raji al Faruqi menjelaskan kondisi umat ini:

Dunia Ummah Islam saat ini berada pada anak tangga bangsa-bangsa terbawah. Di dalam abad ini, tidak ada kaum lain yang mengalami kekalahan dan kehinaan seperti yang dialami kaum Muslimin. Kaum Muslimin telah dikalahkan, dibantai, dirampas negeri dan kekayaannya, dirampas kehidupan dan harapannya[1].

Untuk menetralisir tuduhan keji ini ada baiknya kita simak orasi

Ustadz Pierre Vogel (Da’i Jerman) Berikut:

Silakan lihat Video di:

http://www.gensyiah.net/bantahan-terhadap-tuduhan-kaum-muslimin-sebagai-teroris.html

Dalam bidang pemikiran, umat Islam telah berhasil dikelabuhi oleh berbagai gerakan westernisasi yang berakibat adanya trend di kalangan umat Islam untuk meniru Barat dan merasa asing serta phobi pada Islam sendiri. Kini pemikiran islam banyak yang terkontaminasi oleh skularisme dan liberalisme. Dari segi sosial budaya umat Islam lebih menyukai meniru Barat dalam banyak hal seperti model berpakaian, cara bergaulan, bahasa dan simbol-simbol budaya lainnya. Kemudian ini juga berlanjut dengan menganggap baik segala apa yang berasal dari Barat dan sebaliknya menganggap yang dari Islam itu jelek dan ketinggalan jaman, bahkan sampai pada taraf anti yang berbau arab karena diidentikkan dengan islam.

Dalam hal sains dan teknologi jelas umat Islam jelas ketinggalan meskipun secara personal banyak umat Islam yang canggih keilmuannya, namun sayang kurang mendapatkan tempat di negara-negara Islam atau memang loyaslitasnya kepada agama dan bangsanya kurang.

Dalam bidang Agama banyak negara-negara Islam yang kurang mempedulikannya, ditambah dengan banyaknya aliran sempalan dan pemikiran yang merusak. Dalam hal ini Syekh Muqbil al-Wadi’I Rahimahullah memaparkan bala` dan fitnah yang harus dihadapi oleh umat Islam yaitu:

1) Hukkam Jahilun bis-Syari’ah. Diantara mereka ada yang memusuhi syariat Allah, menghina al-Qur`an dan melecehkan Sunnah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menggirim rakyat kepada Hawiyah (kebinasaan).

2) Kelompok-kelompok (Ahzab) sesat yang sekiranya mereka menguasai kursi pemerintahan akan berbuat kerusakan. Kebanyakan mereka sesuai dengan QS al-Baqarah ayat 204-206).

3) Ulama Suu` dan lainnya yang sifatnya sama dengan yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أخوف ما أخاف على أمتي منافق عالم اللسان

4) Jama’at yang bermacam-macam dan saling bermusuhan bahkan perhatiannya untuk menghabisi yang yang lain melebihi perhatiannya untuk menghadapi Yahudi, Nasrani dan aliran-aliran yang jelas-jelas sesat[2].

Begitu pula dalam masalah-masalah lain seperti hukum, lingkungan, kesehatan, dan bencana alam.

Kondisi seperti ini masuk ke dalam firnah akhir zaman yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: Manusia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir menimpaku. Maka aku bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan? Beliau bersabda: ‘Ada’. Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan? Beliau bersabda: Ya, akan tetapi didalamnya ada dakhan. Aku bertanya: Apakah dakhan itu? Beliau menjawab: Suatu kaum yang mengikuti selain sunnahku dan mengambil petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah. Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau bersabda: Ya, da’i – da’i di atas pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda: Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita. Aku bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda: Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan imamnya. Aku bertanya: Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya ? Beliau bersabda: Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”.[3]

Syaikh Abdul Aziz Ibn Baz Rahimahullah berkata[4]:

فهذا الحديث العظيم الجليل يرشدك أيها المسلم إلى أن هؤلاء الدعاة اليوم، الذين يدعون إلى أنواع من الباطل كالقومية العربية، والاشتراكية والرأسمالية الغاشمة، وإلى الخلاعة والحرية المطلقة وأنواع الفساد كلهم دعاة على أبواب جهنم، سواء علموا أم لم يعلموا، من أجابهم إلى باطلهم قذفوه في جهنم. ولا شك أن هذا الحديث الجليل من أعلام النبوة، ودلائل صحة رسالة محمد صلى الله عليه وسلم حيث أخبر بالواقع قبل وقوعه فوقع كما أخبر.

فنسأل الله لنا ولسائر المسلمين العافية من مضلاّت الفتن، ونسأله سبحانه أن يصلح ولاة أمر المسلمين وزعماءهم حتى ينصروا دينه، ويحاربوا ما خالفه. إنه ولي ذلك والقادر عليه.(فتاوى بن باز ج1/ ص296 )

Perlunya Mengenali Keburukan

Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali Hafidzahullah berkata[5]: Perlu diketahui bahwa Manhaj Rabbani yang abadi yang tertuang dalam uslub Qur’ani yang diturunkan ke hati Penutup Para Nabi tersebut tidak hanya mengajarkan yang haq untuk mengikuti jejak orang-orang beriman (sabilul Mu’minin). Akan tetapi juga membuka kedok kebathilan dan menyingkap kekejiannya supaya jelas jalannya orang-orang yang suka berbuat dosa (sabilul Mujrimin). Allah berfirman.

{ وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ } [الأنعام:55]

Dan demikianlah, kami jelaskan ayat-ayat, supaya jelas jalannya orang-orang yang suka berbuat dosa“. (Al-An’am : 55)

Yang demikian itu karena istibanah (kejelasan) jalannya orang-orang yang suka berbuat dosa (sabilul Mujrimin) secara langsung berakibat pada jelasnya pula sabilul mu’minin. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu kejelasan sabilul Mujrimin merupakan salah satu sasaran dari beberapa sasaran penjelasan ayat-ayat Rabbani. Dengan demikian menyingkap rahasia kekufuran dan kekejian serta problematika umat lainnya adalah suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk menjelaskan keimanan, kebaikan dan kemaslahatan.

Seorang penyair masa abbasiyyah Abu Faras al-Hamdani berkata:

عَرَفْتُ الشّرَّ لا لِلشّرِّ لَكِنْ لِتَوَقّيهِ وَمَنْ لَمْ يَعْرِفِ الشّرَّ منَ الناسِ يقعْ فيهِ

“Aku kenali keburukan tidak untuk berbuat buruk, akan tetapi untuk menghindarinya. Barangsiapa yang tidak mengenali keburukan dari manusia, maka akan terjerumus ke dalamnya”.

Hakikat inilah yang dimengerti oleh generasi pertama umat ini -Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiallahu ‘Anhu. Maka ia berkata : “Manusia bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang keburukan, karena khawatir akan terjebak di dalamnya”.

Kondisi yang penuh dengan problematika ini tidak terjadi begitu saja, melainkan akumulasi dari banyak faktor.

Faktor Eksternal

1. Gazwul ‘Askari wal-Fikri

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda.

يُوْشِكُ اَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الأُمَمُ كَماَ تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا , فَقَالَ قَائِلٌُ: أَوَ مِنْ قِلَةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ, وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ, وَسَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوْبِكُمُ اْلوَهْنَ. قَالَ قاَئِلٌ: ياَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ .

“Nyaris orang-orang kafir mengeroyok kalian seperti orang-orang yang makan berebut makanan yang ada dalam nampan. Berkata seseorang: Apakah karena sedikitnya kami waktu itu? Beliau bersabda: Bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kamu seperti buih di atas air bah. Dan Allah akan mencabut rasa takut musuh-musuh kalian terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn. Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah wahn itu? Beliau bersabda: Mencintai dunia dan takut mati”. (Riwayat Abu Dawud no. 4297. Ahmad V/278. Abu Na’im dalam Al-Hailah).

Invasi militer: Mereka menyerang kaum muslimin dengan kekuatan persenjataan canggih, teknologi tinggi dan tentara yang terlatih. Sebagaimana dalam perang dunia, dan juga seperti yang kita saksikan di Iraq, Afghanistan, Palestina, Kasmir, Bosnia dan Checnya.

Invasi pemikiran: mereka berusaha untuk menguasai pemikiran umat islam, lalu menjadikannya sebagai pengikut setia terhadap setiap pemikiran, idealisme, way of life, metode pendidikan, kebudayaan, bahasa, etika, serta norma-norma kehidupan mereka[6]. Garis besar langkah kerja meraka adalah; (1) Merusak Islam dari segi aqidah, ibadah, norma dan akhlak; (2) Memecah dan memilah kaum Muslimin di muka bumi dengan sukuisme dan nasionalisme sempit; (3) Memperburuk citra Islam; (4) Memperdayakan bangsa Muslim dengan menggambarkan bahwa segala kemajuan kebudayaan dan peradaban dicapai dengan memisahkan bahkan menghancurkan Islam dari masyarakat[7].

Berkaitan dengan nasionalisme dan kesukuan seperti misalnya pan arabisme maka

Syaikh Ibn Baz Rahimahullah berkata[8]:

إن الدعوة إلى القومية العربية – كما أنها إساءة إلى الإسلام ومحاربة له في بلاده – فهي أيضا إساءة إلى العرب أنفسهم، وجناية عليهم عظيمة. لكونها تفصلهم عن الإسلام الذي هو مجدهم الأكبر، وشرفهم الأعظم ومصدر عزهم وسيادتهم على العالم، فكيف يرضى عربي عاقل بدعوة هذا شأنها وهذه غايتها:؟! ولقد أحسن الكاتب الإسلامي الشهير: أبو الحسن الندوي في رسالته المشهورة: (اسمعوها مني صريحة: أيها العرب) حيث يقول في صفحة 27 و 28 ما نصه:
(
فمن المؤسف المحزن المخجل أن يقوم في هذا الوقت في العالم العربي، رجال يدعون إلى القومية العربية المجردة من العقيدة والرسالة، وإلى قطع الصلة عن أعظم نبي عرفه تاريخ الإيمان، وعن أقوى شخصية ظهرت في العالم، وعن أمتن رابطة روحية تجمع بين الأمم والأفراد والأشتات، إنها جريمة قومية تبز جميع الجرائم القومية، التي سجلها تاريخ هذه الأمة، وإنها حركة هدم وتخريب، تفوق جميع الحركات الهدامة المعروفة في التاريخ، وإنها خطوة حاسمة مشئومة، في سبيل الدمار القومي والانتحار الاجتماعي) انتهى.
فتأمل: أيها القارئ كلمة هذا العالم العربي (الحسني الكبير) الذي قد سبر أحوال العالم وعرف نتائج الدعوة إلى القوميات وسوء مصيرها، تدرك بعقلك السليم ما وقع فيه العرب والمسلمون اليوم، من فتنة كبرى ومصيبة عظمى، بهذه الدعوة المشئومة، وقى الله المسلمين شرها، ووفق العرب وجميع المسلمين للرجوع إلى ما كان عليه أسلافهم المهديون، إنه سميع مجيب.

Yang terkait dengan ghazwul fikri ini antara lain adalah Zionisme, Orientalis dan Missionarisme. Ketiga hal in sebenarnya berbeda dan belum tentu saling terkait satu sama lain.

Zionisme[9] merupakan gerakan politik dari sebuah etnis Yahudi ekstrim, yang bertujuan mendirikan negara bagi bangsa Yahudi di Palestina, sebagi batu loncatan untuk meraih apa yang mereka cita-citakan, yaitu menguasai dunia dan menciptakan pemerintahan Yahudi Raya. Pencetus gerakan ini adalah Theodore Hertzel, seorang wartawan Austria keturunan Yahudi.

Orientalisme adalah kajian yang dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap negara-negara timur (khususnya Islam) mengenai budaya, sejarah, agama, sosial, ekonomi, politik dan segala hal yang terkait dengannya[10]. Gerakan ini muncul sejak keberhasilan pasukan Islam menguasai dunia barat, ketika saat itu barat masih tenggelam dalam jaman kegelapan. Mereka ingin mempelajari sebab-sebab kemenangan Islam, seluk beluk Islam dan permasalahan yang ada didalamnya. Motivasi mereka adalah motivasi imperialisme, menjauhkan umat dari Islam, memecah belah umat Islam membangkitkan Nasionalisme dan etnisme.

Missionarisme/Kristenisasi secara bahasa adalah upaya untuk mengkristenkan orang lain dan menyebarkan ajaran kristen keberbagai negara. Namun tujuan mereka sebenarnya bukan cuma menjadikan orang masuk agama kristen, tapi malah yang utama adalah mengeluarkan orang Islam dari keislamannya.[11]

2. Sekulerisme

Pemisahan dengan sangat dikotomis antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu non-agama sebagai bagian dari upaya untuk menghilangkan peran agama dalam masyarakat dan memunculkan keraguan akan kebenaran agama.

Sekulerisme berdampak cukup serius kepada umat Islam, selain hilangnya kepahaman akan syumuliataul Islam juga menjadikan agama hanya sebatas ritual-ritual semata. Agama yang merupakan sumber terbesar dari energi serta aspirasi dan merupakan pemandu menuju kehidupan yang bermakna di atas bumi ini menjadi begitu berubah. Agama hanyalah urusan akhirat. Dan yang menyebar justru kemudian hal-hal yang menyangkut dengan mistik, takhayul, dll.

Syaikh Shalih ibn Fauzan al-Fauzan Hafidzahullah menilai bahwa pengusung sekularisme ini lebih buruk dari kaum munafiqun[12]

3. Kapitalisme, materialisme, modernisasi dan globalisasi

Hal-hal diatas muncul dan menjadi masalah besar bagi umat islam sebagai salah satu produk ghazwul fikri dan ambisi menciptakan tata dunia baru (kolonialisme model baru). Berawal dari temuan metode ilmiah dan pengembangan iptek yang bersumberkan pada paradigma material kemudian berlanjut dengan kapitalisme, yang merasuki sistem pembangunan dan ekonomi umat islam. Hal ini tidak menyebabkan kecuali semakin terpuruknya umat islam secara ekonomi dan politik.

4. Ancaman berupa sanksi ekonomi, perdagangan maupun politik (hubungan luar negari).

Hal ini lebih mengerikan lagi. Sudah mengarah kepada menimbulkan rasa ketakutan yang berlebihan kepada pihak barat, khususnya Amerika dengan PBB nya. Sehingga banyak menghalangi tindakan ataupun sikap umat islam menanggapi sebuah permasalahan maupun isu. Karena apabila macam-macam saja dengan Amerika dan sekutunya, alamat negara tidak akan tentram dalam waktu yang lama. Jadi, secara psikologis bangsa-bangsa Muslim masih bisa dibilang terjajah.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

«لَتَتَّبِعَنَّ سُنَنَ مَنْ كاَنَ قَبْلَكُمْ شِبْراً بِشِبْرٍ وذِرَاعاً بِذِرَاعٍ, حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ, الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ: فَمَنْ» ؟ . رواه البخاري

“Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata mereka menelusuri lubang ‘Dlobb’ (binatang khusus padang sahara, sejenis biawak-red), niscaya kalian akan menelusurinya pula”.

[Kami berkata: “Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi?”. (H.R.al-Bukhary Dari Abu Sa’id (al-Khudry))

Faktor Internal

1. Runtuhnya Khilafah

Keruntuhan daulah islamiyah melalui pembubaran khalifah oleh Mustapa Kamal tanggal 3 Maret 1924, kemudian diikuti oleh pemisahan agama dan negara dan model-model sekuler lainnya yang telah merusakkan dan mencabik-cabik umat islam.

Dengan begitu dia telah mencerai beraikan panji-panji islam yang menjadi tempat bersatu kaum muslimin sejak empat belas abad yang lalu. Kini merekapun berpecah belah dan menyebar pada jalan yang berbeda-beda laksana domba di malam hujan. Lalu akhirnya kawanan serigala menerkam kelompok yang tercerai berai itu.

Sebenarnya kehancuran ini bukan semata-mata karena faktor luar, tapi karena memang telah terbangun kebobrokan yang besar disana sehingga memang menjerumuskannya kepada kehancuran, yaitu (1) Pergolakan politik, fanatisme kesukuan, perebutan kekuasanan dan ambisi terhadap kedudukan. (2) Pertentangan agama dan mazhab. (3) Tenggelam dalam aneka bentuk kemewahan dan kenikmatan. (4) Terjadinya transformasi kekuasaan kepada bangsa non arab yang belum mengeyam islam dengan penghayatan yang benar. (5) Mengabaikan ilmu-ilmu terapan, ilmu kauniyah. (6) Banyak penguasa yang lengah oleh kekuasaannya, tertipu oleh kekuatannya dan tidak memperhatikan perkembangan sosial. (7) Tertipu oleh tipu daya musuh-musuhnya, kagum dan taklid terhadap apa yang mereka perbuat.

2. Perpecahan umat kedalam nasionalisme

Dijadikannya negara Muslim menjadi banyak dan kecil-kecil (50an negara) menjadikan umat islam selalu dalam keadaan berpecah belah.

Sampai saat ini semua peranan bangsa arab dan islam hanya berada di pinggiran. Hampir tidak diperhitungkan dalam menghadapi percaturan tatanan dunia baru. Perpecahan bangsa arab dan islam, tidak adanya proyek arab atau islam yang berskala internasional, menjadikan semua proyek arab dan islam hanya bersifat lokal dan sektarian. permasalahan palestina, selalu tunduk pada kebijaksanaan politik nasional dan kepentingannya sehingga tidak memiliki dimensi arab, apalagi dimensi islam

3. Fanatisme Mazhab dan perpecahan umat ke dalam berbagai firqah, thariqah dan hizb

Dalam satu negara pun umat islam terpecah-belah dalam banyak kelompok. Hal itu terjadi dalam keyakinan, ibadah dan dakwah. Faham hizbiyah (kelompok) telah mengalir di dalam darah sebagian besar kelompok aktifis da’wah ilallah, dimana seolah-olah tidak ada kelompok lain kecuali kelompoknya, dan menafikan kelompok lain di sekitarnya. Persoalan ini terus berkembang, sampai ada yang menda’wahkan bahwa merekalah Jama’ah Muslimin/Jama’ah ‘Umm (Jama’ah Induk) dan pendirinya adalah imam bagi seluruh kaum muslimin, serta mewajibkan berba’iat kepadanya. Selain itu mereka mengkafirkan Shallallahu ‘Alaihi wa Sallamadul a’dzam (sebagian besar) muslimin, dan mewajibkan kelompok lain untuk bergabung dengan mereka
Kebanyakan mereka lupa, bahwa mereka bekerja untuk mengembalikan kejayaan Jama’atul Muslimin bukan Jama’ah minal muslimin.

Syaikh Salim al-Hilali Hafidzahullah menegaskan: Ketahuilah wahai kaum muslimin, bahwa yang disebut Jama’ah Muslimin adalah yang tergabung didalamnya seluruh kaum muslimin yang mempunyai imam yang melaksanakan hukum-hukum Allah. Adapun jama’ah yang bekerja untuk mengembalikan daulah khilafah, mereka adalah jama’ah minal muslimin yang wajib saling tolong menolong dalam urusannya dan menghilangkan perselisihan yang ada diantara individu supaya ada kesepakatan di bawah kalimat yang lurus dalam naungan kalimat tauhid.

Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari Rahimahullah yang menyatakan : “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa Jama’ah adalah Sawadul A’dzam. Kemudian diceritakan dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama’ah, karena Allah tidak akan mengumpulkan umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah satu firqah. Hindarilah semua firqah itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh ke dalam keburukan”.

Dinyatakan dalam hadits Hudzaifah tersebut supaya menjauhi semua firqah jika kaum muslimin tidak mempunyai jama’ah dan tidak pula imam pada hari terjadi keburukan dan fitnah. Semua firqah tersebut pada dasarnya akan menjerumuskan ke dalam kesesatan, karena mereka berkumpul di atas perkataan/teori mungkar (mungkari minal qaul) atau perbuatan mungkar, atau hawa nafsu. Baik yang mendakwahkan mashalih (kepentingan) atau mathami’ (ketamakan) dan mathamih (ambisi-ambisi). Atau yang berkumpul di atas asas pemikiran kafir, seperti; sosialisme, komunisme, kapitalisme, dan demokrasi. Atau yang berkumpul di atas asas kedaerahan, kesukuan, keturunan, kemadzhaban, atau yang lainnya. Sebab mereka semua itu akan menjerumuskan ke dalam neraka Jahannam, dikarenakan membawa misi selain islam atau islam yang sudah dirubah …!

5. Pendidikan dan Tingkat Intelektualitas Yang rendah

Keterpurukan ekonomi biasanya memang dibarengi dengan kurangnya intelektual. Tulisan ilmiah dari negara-negara Muslim tidak sampai mencapai 0.3% dari seluruh karya ilmiah dunia. Bahkan jika digabungkan pun jumlahnya juga tidak mencapai 0.5%. dari seluruh dunia yang menghasilkan 352.000 karya ilmiah, negara-negara Muslim hanya 3.300, sedangkan Israel 6.100 buah.[13]

Yang sangat terkait dengan itu adalah pendidikan. Tingkat pendidikan dunia islam masih sangat memprihatinkan. Sistem pendidikan di negara Muslim selama ini adalah sistem yang mengadopsi barat yang penuh dengan sekulerisme dan menimbulkan keraguan pada umat islam tentang ajaran agamanya. Di sekolah justru para pemuda islam diasingkan dengan ajaran islam. Kepala mereka diisi dengan pemikiran-pemikiran barat. Pemuda islam tidak diajarkan bagaimana sejarah masa lampau dan kejayaan agamanya. Malah diberikan keraguan terhadap kesempurnaan islam melalui kebohongan-kebohongan dan membelokan sejarah. Bangsa barat medirikan institut-institut kebudayaan mereka. Hal ini bertujuan melepaskan pemuda muslim dari warisan budaya islam dan mengagungkan apa saja yang berbau barat. Meremehkan agama dan minder dengan identitas keislamannya. Mereka yakin bahwa semua yang datang dari barat adalah sesuatu yang baik dan ideal[14].

Lebih prihatin lagi jika mendengar hasil survey atau laporan bahwa narkoba, pergaulan bebas, prostitusi, ataupun aborsi justru lebih banyak terjadi melalui lembaga pendidikan, tidak luput pula lembaga yang berlabel islam.

6. Kebodohan terhadap Ajaran Islam

Dampak lain dari keberhasilan sekulerisasi dan keminderan dengan identitas islam adalah merosotnya pemahaman muslim terhadap konsep islam sendiri. Kesempurnaan (syamil mutakammil) islam tidak dikenal lagi. Sehingga terjadi kerancuan dan kekaburan makna dan persepsi terhadap ajaran islam. Tentang jihad seolah-olah diartikan sebagai peperangan, atau diidentikkan dengan terorisme. Begitu juga dengan konsep dakwah yang seolah berarti hanya ceramah kesana kemari tanpa aksi. Selain itu dakwah seolah kewajiban ustadz, kyai dan mubaligh saja. Begitu pula kesalahan persepsi tentang penghargaan terhadap kaum wanita, tentang kenegaraan, tentang ilmu pengetahuan juga tentang muamalah seperti jual beli dan riba, hukum waris.

7. Lunturnya identitas islam.

Integritas kultur islam dan kesatuan way of life islam terpecah-pecah di dalam diri mereka, di dalam pemikiran dan aksi mereka, di dalam rumah dan keluarga mereka. Jauhnya umat islam dari kehidupan islami menyebabkan ajaran-ajaran islam menjadi sesuatu yang aneh justru bagi kaum Muslimin sendiri. Mereka merasa malu untuk menampakkan syiar islam, atau ibadah islam di depan publik atau di tempat umum seperti kendaraan.

Solusi Yang Harus Dilakukan

Istiqamah dan sabar

Secara singkat Solusi yang ditawarkan adalah yang mampu menjamin shalah dan ishlah; yang fardhu ‘ain dan fardhu kifayah; yaitu keselamatan pribadi dan perbaikan social, bangsa dan negara.

Seorang pribadi muslim akan bisa menjadi shalih dan selamat meskipun masyarakat dan Negara carut marut, mana kala ia beriman dengan benar, beribadah dengan benar dan melakoni kehidupan dengan akhlak mulia, serta menghindari segala fitnah. Itulah yang disebut “alladzina yashluhun idza fasada an-Naas“. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengarahkan: “Jauhilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga ajal menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”.

Sementara masyarakat, bangsa dan Negara yang shalih memerlukan upaya ishlah dari para ulama dan umara` yang shalih, melalui jalan dakwah, pendidikan, pembangunan dan penegakan hukum secara adil. Itulah yang disebut “Alladzina yushlihuna maa afsada an-naas.”

Syaikh Abdul Aziz ibn Baz Rahimahullah ditanya tentang hadirts ghuraba`, maka beliau menjawab:

هذا الحديث صحيح رواه مسلم في صحيحه عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صل الله عليه وسلم أنه قال: بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا كما بدأ فطوبى[15] للغرباء وهو حديث صحيح ثابت عن رسول الله عليه الصلاة والسلام.
زاد جماعة من أئمة الحديث في رواية أخرى: قيل يا رسول الله من الغرباء؟
قال الذين يَصْلُحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
وفي لفظ آخر: الذين يُصْلِحُوْنَ مَا أَفْسَدَ النّاسُ مِنْ سُنَّتِيْ
وفي لفظ آخر: هم النزاع من القبائل
وفي لفظ آخر: هم أُناَسٌ صَالِحُوْنَ قَلِيْلٌ فِيْ أُناَسٍ سُوْءٍ كَثِيْرٍ

فالمقصود أن الغرباء هم أهل الاستقامة، وأن الجنة والسعادة للغرباء الذين يصلحون عند فساد الناس إذا تغيرت الأحوال والتبست الأمور وقل أهل الخير ثبتوا هم على الحق واستقاموا على دين الله ووحدوا الله وأخلصوا له العبادة واستقاموا على الصلاة والزكاة والصيام والحج وسائر أمور الدين، هؤلاء هم الغرباء، وهم الذين قال الله فيهم وفي أشباههم:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ “[فصلت: 30-32] . ما تدعون: أي ما تطلبون.

فالإسلام بدأ قليلا غريبا في مكة لم يؤمن به إلا القليل، وأكثر الخلق عادوه وعاندوا النبي صل الله عليه وسلم وآذوه، وآذوا أصحابه الذين أسلموا……..
وهكذا في آخر الزمان هم الذين يستقيمون على دين الله عندما يتأخر الناس عن دين الله، وعندما يكفر الناس، وعندما تكثر معاصيهم وشرورهم يستقيم هؤلاء الغرباء على طاعة الله ودينه، فلهم الجنة والسعادة ولهم العاقبة الحميدة في الدنيا وفي الآخرة[16]

Tugash ishlah yang dilakukan oleh ghuraba` ini disebutkan di dalam al-Qur`an sebagaimana istinbath imam Harawi dalam Madarijussaalikiin:

فَلَوْلا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الأرْضِ إِلا قَلِيلا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ (١١٦)

” Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Huud, 116)

Ishlah ma afsadannaas dilakukan dengan cara dakwah dan disempurnakan dengan jihad sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Artinya islam yang didakwahkan nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu diamalkan dan diamankan dengan kekuatan yang bisa menegakkan keadilan dan menjaga diri dari kedzaliman lawan. Mengamalkan dan menerapkan syariat Allah adalah kewajiban yang tidak mungkin diingkari. Oleh karena yang dituntut oleh Allah adalah mengamalkannya sebisa mungkin secara bertahab. Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini Hafidzahullah berkata:

لَيْسَ لِأَحَدٍ مُطْلَقًا أَنْ يُوْقِفَ حَدًّا مِنْ حُدُوْدِ اللهِ لَكِنْ يَفْعَلُ الْمُسْتَطَاعَ

Video 2

Inilah sebenarnya yang dilakukan oleh Khalifah al-Rasyid Umar ibn Abdil Aziz Rahimahullah, sehingga dia berkata kepada puteranya[17]:

أَخْشَى أَنْ أَحْمِلُ النَّاسَ عَلَى الْحَقِّ جُمْلَةً فَيَدَعُوْهُ جُمْلَةً .

Tanpa diamalkan maka islam hanya menjdi kenangan dan tidak berfungsi sebagai rahmatan lil’alamin. Maka Syekhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menyimpulkan tentang Negara yang menjadi syarat bagi tegaknya gama ini:

فاَلدِّينُ الحَْقُ لاَبُدَ فِيْهِ مِنَ الْكِتاَبِ الهَادِيْ وَ السَّيْفِ النَّاصِرِ

Agama islam yang haq ini harus ditegakan dengan Al-Qur’an yang memberi petunjuk dan pedang yang membelanya” (Majmu Fatawa: 25/365)

Sementara solusi keselamatan yang terdapat dalam hadits Hudzaifah disimpulkan oleh Syaikh Salim al-Hilali Rahimahullah sebagai berikut:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memerintahkan kepada Hudzaifah untuk menjauhi semua firqah yang menyeru dan menjerumuskan ke neraka Jahannam, dan supaya memegang erat-erat pokok pohon (ashlu syajarah) hingga ajal menjemputnya sedangkan ia tetap dalam keadaan seperti itu.

Dari pernyataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Pertama.Bahwa pernyataan itu mengandung perintah untuk melazimi Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafuna Shalih. Hal ini seperti yang diisyaratkan dalam hadits riwayat ‘Irbadh Ibnu Sariyah Radhiallahu ‘Anhu yang artinya: Barangsiapa yang masih hidup diantara kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang diada-adakan karena hal itu sesat. Dan barangsiapa yang menemui yang demikian itu, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin. Gigitlah ia dengan geraham-geraham kalian”[18].
Jika kita menggabungkan kedua hadits tersebut, yakni hadits Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu ‘anhu yang berisi perintah untuk memegang pokok-pokok pohon (ashlu syajarah) dengan hadits ‘Irbadh ini, maka terlihat makna yang sangat dalam. Yaitu perintah untuk ber-iltizam pada As-Sunnah An-Nabawiyah dengan pemahaman Salafuna As-Shalih Radhiallahu ‘Anhuma manakala muncul firqah-firqah sesat dan hilangnya Jama’ah Muslimin serta Imamnya.

Kedua. Di sini ditunjukkan pula bahwa lafadz (an ta’adhdha bi ashli syajarah) dalam hadits Hudzaifah tersebut tidak dapat diartikan secara dzahir hadits. Tetapi maknanya adalah perintah untuk berpegang teguh, dan bersabar dalam memegang Al-Haq serta menjauhi firqah-firqah sesat yang menyaingi Al-Haq. Atau bermakna bahwa pohon islam yang rimbun tersebut akan ditiup badai topan hingga mematahkan cabang-cabangnya dan tidak tinggal kecuali pokok pohonnya saja yang kokoh. Oleh karena itu maka wajib setiap muslim untuk berada di bawah asuhan pokok pohon ini walaupun harus ditebus dengan jiwa dan harta. Karena badai topan itu akan datang lagi lebih dahsyat.

Ketiga. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mengulurkan tangannya kepada kelompok (firqah) yang berpegang teguh dengan pokok pohon itu untuk menghadapi kembalinya fitnah dan bahaya bala. Kelompok ini seperti disabdakan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan selalu ada dan akan selalu muncul untuk menyokong kebenaran hingga yang terakhir dibunuh dajjal.

Sementara Syaikh Muqbil al-Wadi’I Rahimahullah memberikan jalan keluar dari fitnah ini sebagai berikut:

1) bertakwa kepada Allah[19].

2) menganggap setiap muslim di bumi ini adalah saudara, dan mengerahkan permusuhan kepada orang yang berhak mendapatkannya, yaitu musuh-musuh Allah: Yahudi, Nasrani, komunis, para penghalang dakwah, dan tidak taklid kepada putusan para pemimpin jama’ahnya.

3) usaha keras untuk menciptakan imam kaum muslimin dari Quraisy.

4) membuka lapangan Jihad fi sabilillah yang syar’i.

5) mengharuskan diri sendiri untuk tidak mengamalkan sesuatu kesuali dengan dasar kitabullah dan sunnah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

6) bersabar atas kezhaliman penguasa kecuali kalau melihat kekufuran nyata dan punya kemampuan untuk taghyir.

7) Tidak condong dan tidak mendukung kaum yang zhalim karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memperingatkan sahabat Ka’b ibn Ujrah untuk menjauh dari imarah s-Sufaha`, kecuali jika diperlukan untuk kemanfaatan bagi umat.[20]

Ishlah dalam skala lebih luas dan lebih rinci yang ditujukan untuk mewujudkan cita-cita membentuk peradaban islam tentu membutuhkan waktu yang lama, bahkan mungkin beberapa generasi. Namun bagaimanapun hal itu harus dimulai sejak sekarang. Dan selain waktu yang lama juga dibutuhkan pemikiran yang mendalam dan intelektual muslim yang berkualitas. Karenanya upaya ini harus senantiasa diestafetkan dan harus ada pewarisan ide dan langkah kerja. Misalnya proyek besar yang harus digarap selain dakwah dan tashfiyah adalah:

Islamisasi Pengetahuan

Islamisasi pengetahuan yang kita maksud adalah penguasaan sains dan ternologi sesuai dengan tuntunan islam serta keberpihakan atau loyalitas ilmuwan muslim kepada agamanya dan negaranya, serta kepedulian Negara –khususnya- kepada pengetahuan dan ilmuwan[21].

Hal ini mengingat, ilmu pengetahuan seolah menjadi senjata yang sangat ampuh untuk menaklukkan alam semesta. Begitu strategis peran ilmu pengetahuan ini. Para intelektual muslim mulai menyadari hal tersebut dan muncullah kemudian upaya islamisasi pengetahuan. “karena pilar peradaban modern adalah ilmu pengetahuan. Para pemikir memandang strategis untuk memberi prioritas yang besar dan utama terhadap pengembangan ilmu dan penelaahan secara kritis[22].

Konsekuensi dari penguasaan ilmu pengetahuan adalah penguasaan teknologi. Hal ini sangat membantu umat islam dalam upaya mensejahterkan umat islam. Tanpa struktur pengetahuan yang baik, teknologi tidak bisa dikuasai secara penuh, pengalaman dibeberapa negara yang hanya mengcopy teknology bangsa lain hanyalah menghasilkan teknologi yang senantiasa bergantung pada orang lain. Sedang pengembangan teknologi sendiri berhenti karena tidak punya landasan keilmuan. Sehingga senantiasa menjadi mengguna teknologi, bukan pengembang dan senantiasa tertinggal dari negara lain. Kondisi Negara Muslim saat ini masih sangat rendah penguasaan teknologinya. Hal ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi hal ini menjadi landasan bagi kemandirian negara Muslim.

Intelektualitas muslim tidak cuma diartikan dengan munculnya muslim berkualitas tinggi. Tapi juga membutuhkan kuantitas yang tidak sedikit. Kuantitas intelektual ini terkait pada lapangan kerja dan tenaga ahli. Kurangnya tenaga ahli muslim terkadang memaksa untuk tetap saja mengimpor sumber daya dari luar sedangkan orang pribumi hanyalah buruh kelas rendah dengan gaji yang rendah pula.

Jika kita tidak mengatasi hal ini maka yang terjadi adalah seperti yang disimpulkan oleh Dr. Abdullathif ibn Abdul Aziz al-Rabah Hafidzahullah dalam Disertasinya yang berjudul Makanah al-Ulum al-Thabi’iyyah Fi at-Tarbiyah al-Islamiyyah[23].

أن التخلف العلمي والتقني في العالم الإسلامي، والتقدم غير المنضبط في العالم الغربي من أهم أسباب الانهيار القيمي والأخلاقي لدى الشباب في العالم الإسلامي، حيث يولد هذا التخلف الشعور بالانهزامية الذاتية، ومحاولة تقليد الآخرين في استهلاك معطيات العلوم المعاصرة .

Kemandirian ekonomi negara Muslim

Kemandirian ekonomi negara Muslim adalah hal yang seharusnya dijadikan hal penting. Meski saat ini kondisi perekonomian hampir di semua negara Muslim dalam kondisi memprihatinkan, namun basis-basis bagi kemandirian itu harus ditanamkan dengan kokoh. Selain iptek yang tak kalah penting adalah pertanian mengarah pada swasembada, kemudian usaha-usaha bagi pemenuhan kebutuhan primer masyarakat[24]. Hal terakhir ini sangat penting dalam kemandirian dan independensi negara-negara Muslim. Kita mana mungkin bisa lantang menyuarakan kebenaran jika itu terkait dan dapat menyinggung perasaan negara donor atau negara tempat mengimpor bahan pokok. Selain itu pembangunan yang butuh banyak dana dapat dilakukan dengan kebersamaan sesama negara Muslim. Meski uang negara muslim tidak sebanyak IMF atau World Bank. Tapi hal ini akan menjamin independensi dan semangat kemandirian negara muslim.

Tugas yang tak kalah penting dan mendesak adalah membentuk pribadi-pribadi yang memiliki loyalitas yang tinggi kepada islam yang berlandaskan atas pengetahuan (‘ala Bashira) yang utuh terhadap ajaran islam. Pembentukan syakhsiyah islamiyah ini harus dilakkan secara terus menerus dengan intens, karena pribadi-pribadi inilah yang akan mengisi, bekerja dan berjuang membangun peradaban muslim. Kepribadian yang dimaksud adalah juga melingkupi pola fikir dan tingkah laku yang mencerminkan pelaksanaan nilai-nilai keislaman secara kaaffah. Dari pribadi-pribadi islam akan terbentuk keluarga yang islami yang membina keluarganya secara islami dan melahirkan kader dakwah, dari keluarga ini akan tercipta masyarakat yang islami dan kemudian akan membentuk kebudayaan islam dan pada muaranya akan tercipta peradaban islam.


Membentuk jaringan dan kerjasama antar gerakan dan elemen organisasi islam
.

Lembaga, pusat studi dan kajian serta ormas islam harus memiliki jaringan yang kuat dan luas sehingga informasi dan ukhuwah dapat senantiasa terbina. Dari sana kemudian gagasan kemajuan islam dapat disintesiskan dan kerja serta gerakan dapat disinergiskan sehingga dakwah bisa lebih optimal. Dari sana kemudian dapat senantiasa dilakukan kerjasama (lokal, nasional dan internasional) sehingga pengaruh bisa lebih besar lagi. OKI seharusnya bisa lebih diberdayakan untuk lebih mengoptimalkan gerakan islam internasional.

Konsentrasi memperbaiki pendidikan juga menghapus sekulerisasi dari akar-akarnya.

Islamisasi ilmu juga harus pula dibarengi dengan upaya memperbaiki sistem pendidikan. Hal ini mutlak dilakukan karena dari pendidikan inilah generasi muda dibentuk. Semua tokoh pembaharu dan penyokong gagasan islamisasi sains sepakat bahwa perbaikan sistem pendidikan adalah hal yang urgen bagi terbentuknya peradaban islam. Bahkan Sardar menulis bab khusus bertajuk “merumuskan kembali konsep universitas islam”. Bagaimanapun sistem pendidikan masih didominasi oleh pemikiran sekulerisasi. Oleh karena itu perlu usaha keras untuk melakukan perbaikan

Menghapuskan perselisihan panjang antar negara Muslim dengan Ukhuwah Islamiyah.

Egoisme, nasionalisme sempit kesukuan, harus diganti dengan semangat persatuan umat islam. Yang harus dibangun adalah kesadaran bahwa umat islam saat ini tengah dalam kondisi terpuruk, oleh karenanya umat islam harus berupaya menegakkan kembali izzah islam dan hal itu membutuhkan banyak energi, oleh karenanya sangat dibutuhkan persatuan dan persaudaraan dikalangan umat islam sehingga dapat dibentuk sinergi. Sehingga negara-negara muslim juga harus berupaya bekerja sama dalam banyak bidang yang itu dapat lebih mengoptimalkan usaha mengembalikan kejayaan islam. Ini semua tidak mungkin dilakukan kecuali oleh orang mukmin

Penutup

Demikianlah, bahwa dengan kondisi yang terjadi dengan umat islam saat ini, permasalahannya yang kompleks tidak boleh menjadikan umat berputus asa, malah hal ini menjadi tantangan besar bagi umat, khususnya intelektual muslim untuk mengupayakan tercipanya kesadaran bersama dan usaha-usaha berbaikan yang sinergi antar seluruh elemen muslim. Dan hanya dengan bersungguh-sungguh sajalah langkah-langkah menuju terbentuknya peradaban islam dan pengembalian kejayaan islam itu dapat terwujud..


[1] Isma’il Raji al Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, Pustaka, Bandung, 1995

[2] Muqbil ibn Hadi al-Wadi’I, al-Makhraj minal Fitan, Darul Haramain, cet.4, h. 162.

[3] (HR. Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)

[4] http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=4&View=Page&PageNo=1&PageID=54

[5] Dalam kitabnya Qaulul Mubin fi Jama’atil Muslimin, Penerbit Maktab Islamy Riyadh tanpa tahun, dan pernah dimuat di majalah As-Sunnah edisi 07/1/1414-1993 hal. 8-13

[6] Nabil bin Abdurrahman al Muhaisy, Virus Fikrah: Melemahkan Ketahanan Ummat”, WALA Press, Jakarta, 1994.. Untuk tulisan yang khusus membahas tentang Ghazwul fikri ini lengkap dengan target, penguasaan dll lihat Dr Abdul Shabur Marzuq, Ghazwul Fikri Invasi Pemikiran,

[7] Prof. Abdul Rahman H Habanakah, Metode Merusak Akhlak dari Barat, GIP 1995

[8] http://www.binbaz.org.sa/mat/8191; sementara Khadimul Haramain as-Syarifain Raja Fahd berkata (1937 H):

وقد أدرك الجميع أن الأمة العربية لم يكن لها قيمة في يوم من الأيام إلا بالإسلام….. وبدونه لم ترتفع لتصبح خير أمة أخرجت للناس

[9] Dalam buku R Garaudy. “Zionis Sebuah Gerakan Agama dan Politik, GIP, Jakarta, 1995 dibahas dengan tuntas sepak terjang Yahudi.. Buku lain yang juga mengungkap Zionis selain endnote 3 adalah Ghazi Bin Muhammad Al Qarni, Menyingkap Konspirasi Kejahatan Yahudi. CIP, 1997. Buku ini mengungkap Yahudi dan zionis lebih banyak mengacu pada tabiat utamanya yang ada di Al Quran dan Injil. Juga mengungkap tentang Zionist Sages Protocols, kitab undang-undang Yahudi. Endnote 1 juga membahas zionis (hal 31-42)

[10] Nabil, op. cit.

[11] Di buku virus fikrah dikutipkan pula perkataan samuel Zuwaimer ketua konferensi kristenisasi di Yerussalem tentang hal ini. (hal 24)

[12] Diantara ucapan beliau adalah:

أنّ العلمانيين ملاحدة شرّ من المنافقين معلّلاً ذلك بأنّهم لا يرون إدخال الدين في أمور الناس كالسياسة والمعاملات وغيرها، وإنما يرونه للعبادة في المساجد فحسب.

Beliau menambahkan:


أنّ هذا كفر بالله – عزّ وجلّ – وعزل للكتاب والسنّة عن الحياة، على خلاف حال المنافقين فهم يظهرون الإيمان ويخفون الكفر فيؤخذون على ظواهرهم، مؤكّدا بأنّ هذا تصريح بالكفر وجهر به، وعليه فصنيعهم شرّ مما هو عليه أهل النفاق…….
هنا البقيه : للاستماع كاملا


http://www.almisq.net/news-action-show-id-1780.htm

[13] Pervez Hoodbhoy, Sains dan Islam: Usaha Memenangkan Rasionalitas, , 1973. Beliau memasukkan banyak data-data tahun 1983 tentang kondisi intelektualitas Negara Muslim dan dibandingkan dengan seluruh dunia

[14] Lihat Ismail Raji al Faruqi op.cit. ditambahkan sebuah permasalahan lagi, yakni tidak adanya ketajaman wawasan (vision). “Itulah sebabnya selama hampir 2 abad dengan sistem pendidikan sekular barat, kaum Muslimin tidak mengahsilkan sesuatu pun juga yang sebanding kreativitas atau kehebatan barat”.

[15] قره العين او الفرحه او الجنه او شجره الطيب

[16] http://www.alhams.net/vb/showthread.php?t=63650; dimuat dalam Fatawa Nur ‘ala ad-Darb

[18] Riwayat Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 440 dan yang lainnya

[19] وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Qs. Ali Imran: 120)

[20] Al-Makhraj Minal Fitan, Muqbil al-Wadi’I, h. 163-168.

[21] Baca makalah Pameran Kejayaan Islam di New York di http://www.islamedia.web.id/2011/01/pameran-kejayaan-islam-di-new-york.html, suatu upaya untuk menghargai ilmuwan muslim dan merangsang semangat sains muslim.

[22] Sebab 1). Banyak penemuan muslim diatasnamakan ilmuwan Barat. Baca di http://www.djelfa.info/vb/showthread.php?p=4004113; 2) Dasar dan aplikasi sains ada yang bertentangan dengan ajaran Islam. 3) banyak ilmuwan Muslim yang terpengaruh dengan teori atheis seperti teoti Darwin dalam ilmu biologi ilmu-ilmu social dan humaniora, ilmu pendidikan, ilmu jiwa dan moral, dan terpengaruh dengan teori terbentuknya bumi dalam ilmu bumi (geologi),

[24] Pervez hoodbhoy, op. cit., menunjukkan bagaimana negara-negara Muslim masih sangat tergantung pada negara barat dalam pemenuhan kebutuhan pokok.