Posts tagged ahlul bait

Perbesanan (Mushaharah) Antara Ahlul Bait Dengan Anak Keturunan Paman-paman Mereka

Klik Gambar untuk MemperbesarPerbesanan Antara Ahlul Bait Dengan Anak Keturunan Paman-paman Mereka

Perbesanan Antara Ahlul Bait Dengan Anak Keturunan Paman-paman Mereka

Keturunan Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam tidaklah terkucil atau mengucilkan diri dari masyarakat, tetapi tersebar dan terikat dengan hubungan yang luas dengan mereka. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya hubungan perbesanan antara mereka dan antara anak keturunan paman-paman mereka, di setiap generasinya. Bahkan 3 dari putri Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam berada dalam rumah tangga orang-orang Quraisy.

Ada 8 (delapan) perbesanan antara ahlul bait dengan keluarga besar Utsman rodhiallohu ‘anhu. 6 (enam) perbesanan bersama keluarga besar Marwan ibnil Hakam, dan 4 (empat) perbesanan dengan keluarga besar Abu Sufyan rodhiallohu ‘anhu . yang paling mulia secara mutlak adalah perkawinan Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam dengan Ummu Habibah  (Ramlah) binti Abu Sufyan –radhiyallahuma- dan yang termasuk istri Nabi yang paling dekat nasabnya dengan beliau.

Dari sekian perbesanan ini ada 13 perbesanan dengan keluarga besar Ali ibn Abi Thalib rodhiallohu ‘anhu, yang sebagian besarnya terjadi setelah peristiwa: Shiffin, Jamal dan Karbala.

Tidak cukup mereka berdekatan dan berhubungan secara nasab (garis keturunan, atau hubungan darah)  namun mereka menambah kedekatan dan keakraban dengan mushaharah (perbesanan), yang demikian itu karena mereka ingin bersambung dengan nasab Nabi yang mulia yang tidak akan putus di hari dimana semua nasab dan sebab terputus. (Abu Hamzah)

Keterangan gambar pohon Nasab:

  1. Kesamaan nomor adalah menunjukkan adanya hubungan mushaharah (perbesanan, pernikahan) antara dua orang yang mulia ini dari Bani Hasyim dan anak keturunan paman mereka.
  2. Untuk hubungan perbesanan antara ahlul bait dengan Usman ibn Affan rodhiallohu ‘anhu akan kita sendirikan karena pertingnya.
  3. Dengan pohon  nasab ini menjadi nyatalah hubungan kasih sayang dan kekeluargaan yang mesra antara ahlul bait dengan para sahabat Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam, dan bahwasanya mushaharah di antara mereka terjadi sebelum peristiwa-peristiwa fitnah hingga sesudahnya. Suatu hal yang menunjukkan bahwa  hubungan yang harmonis diantara mereka tetap terjaga sepanjang generasi dan sejarah.

Sikap Ahlul Bait Terhadap Khulafa’ Rasyidun

SIKAP AHLUL BAIT TERHADAP KHULAFA’ RASYIDUN

Sungguh telah bercampur menjadi satu rasa itsar (mengutamakan orang), muwasah (saling menyantuni), muanasah (saling menyayangi) antara ahlul bait dan Khulafa Rasyidin, dalam bentuk yang paling baik, setelah Islam mengikis habis ashabiyyah Jahiliyyah dari hati mereka, dan menggugurkan dari akal mereka pembela nasab, warna dan tanah air.

Sudah sangat wajar jika musuh Islam dari Syi’ah dan yang lainnya mereka tidak sengan dengan ukhuwah ini. Ada satu kaum yang tiang pancangnya adalah Ibn Saba’ yang Yahudi itu. Apakah yang ditunggu-tunggu dari mereka, selain tuduhan-tuduhan dan dakwaan palsu ?!

Sudah menjadi kewajiban bila kita memulai dengan Abu Bakar as-Shiddiq, Abu Bakar rodiallohu ‘anhu dan hubungannya dengan ahlul bait.

ALI MEMBAI’AT ABU BAKAR

Ali rodiallohu ‘anhu menceritakan, bagaimana proses pembai’atannya kepada Abu Bakar rodiallohu ‘anhu , “Maka saya ketika itu berjalan mendatangi Abu Bakar rodiallohu ‘anhu saya membai’atnya dan saya bangkit dalam peristiwa-peristiwa itu hingga kebatilan tersingkir dan lenyap serta “Kalimat Allah” menjadi yang tertinggi sekalipun orang-orang kafir tidak suka. Abu bakar rodiallohu ‘anhu memimpin dalam peristiwa-peristiwa tadi, dia memudahkan, meluruskan, mendekatkan dan tidak mengada-ada, maka saya menyertainya sebagai penasehat. Dan saya mentaatinya semaksimal mungkin dalam hal-hal yang dia mentaati Allah SWT”.[1]

Dalam suratnya yang dilayangkan kepada penduduk Mesir bersama petugasnya Qais ibn Sa’ad ibn Ubadah al-Anshari, Ali rodiallohu ‘anhu menulis:

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari hamba Allah Ali Amirul Mukminin. Kepada semua orang Muslim yang suratku ini sampai kepadanya.

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Amma ba’du.

Sesungguhnya Allah SWT dengan kebaikan penciptaan-Nya, keputusan-Nya dan pengaturan-Nya telah memilih Islam sebagai agama-Nya, agama para malaikat-Nya dan para Rasul-Nya. Karenanya Dia mengutus para Rasul-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan Dia telah mengkhususkan orang-orang yang Dia pilih dari makhluk-makhluk-Nya. Maka di antara kemuliaan Allah SWT dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat ini adalah diutusnya Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa salam kepada mereka. Lalu Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa salam mengajari mereka al-Qur’an, al-Hikmah, as-Sunnah dan al-Faraidh. Dia telah mendidik mereka agar mendapat hidayah. Dia telah menyatukan mereka agar tidak berpecah belah. Dia telah menyucikan mereka agar menjadi bersih. Setelah tugas-tugas itu dia rampungkan Allah SWT mencabutnya (diangkat) ke sisi-Nya. Semoga shalawat, salam, rahmat dan ridha Allah senantiasa dicurahkan kepadanya. Sesungguhnya Dia Maha Terpuji dan Diagungkan. (more…)

Syi’ah Menyalahi Ahlul Bait (5)

gen2Ali ra memuji kaum Muhajirin dalam jawabannya kepada Mu’awiyah ibn Abi Sufyan:

“Sungguh beruntung “ahlu as-Sabq” (orang-orang yang masuk Islam terdahulu) dengan “kedahuluannya” (masuk Islam), dan kaum Muhajirin yang pertama telah membawa keutamaan mereka”.[1]

Ali juga berkata: “Dalam diri Muhajirin ada banyak kebaikan yang kamu ketahui, semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan”.[2]

Ali ra juga memuji kaum Anshar ra: “Mereka, demi Allah, telah mengembangkan dakwah Islam sebagaimana mereka mengembangkan anak unta yang ada dalam ghanimah mereka. Di tangan ada cemeti dan lisan mereka tegas sekali”.[3]

Dia menambahkan dalam memuji para sahabat Nabi Saw dengan mengatakan:

“Wahai manusia! Demi Allah, sungguh kalian di tengah-tengah negara ini lebih banyak jumlahnya dari pada Anshar ra di tengah-tengah bangsa Arab. Akan tetapi mereka telah membela dan menjaga Rasulullah Saw beserta kaum Muhajirin, hingga Rasulullah Saw berhasil menyampaikan risalah Rabbnnya kepada dua qabilah, yang kehadirannya tidak lebih dulu dari pada orang Arab dan jumlahnya tidak lebih besar dari mereka. Maka tatkala mereka melindungi Nabi Saw dan Muhajirin dan bersama-sama menolong agama Allah, bangsa Arab menyerang secara bersatu dan serempak serta bersekutu dengan Yahudi dan didukung oleh berbagai macam kabilah. Maka mereka (Muhajirin dan Anshar) dengan tulus bangkit membela agama Allah. Mereka memutus hubungan dengan bangsa Arab dan memutus hubungan dengan Yahudi. Mereka tegak menghadapi penduduk Najed, Tihamah, Makkah dan Yamamah dari penghuni bukit dan lembah. Mereka tabah menegakkan pilar agama, sabar hidup di bawah tapak-tapak kaki kuda hingga seluruh Arab tunduk kepada Rasulullah Saw, dan Rasulullah Saw memandang sahabatnya dengan pandangan sejuk, senang dan tenang sebelum Allah SWT mengambilnya ke sisi-Nya. Kalian lebih banyak bilangannya dari pada mereka pada waktu itu di tengah-tengah bangsa Arab”.[4]

Al-Majlisi menyebutkan dari ath-Thusi riwayat dari Ali ibn Abi Thalib ra bahwasanya dia berkata kepada para sahabatnya:

“Aku berwasiat kepada kalian tentang para sahabat Nabi Saw, janganlah kalian mencela mereka karena mereka adalah sahabat Nabimu, mereka adalah sahabatnya yang tidak melakukan bid’ah sedikitpun di dalam agama ini dan tidak pernah menghormati ahli bid’ah. Ya, aku diwasiati oleh Rasul Saw terhadap mereka ra”.[5]

Sekalipun ada konflik dengan Mu’awiyah ra, Ali ra tidak mengkafirkannya. Hal ini ia tulis dalam surat-suratnya yang ia kirim ke berbagai daerah dalam rangka menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di “Shiffin”. Surat ini diriwayatkan oleh imam Syi’ah Muhammad ar-Ridha dalam Nahj al-Balaghah. Ali menulis untuk mereka:

“Awalnya, kita bertemu dengan kelompok dari penduduk Syam, yang nampak memang Rabb kita satu dan dakwah kita satu. Kita tidak menambahi (melebihi) mereka dalam iman kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya, mereka juga tidak melebihi kita. Semuanya sama kecuali apa yang kita perselisihkan tentang darah Utsman ra, dan kita bersih dari padanya”.[6]

Ali ra telah mengingkari orang-orang yang mencela Mu’awiyah dan bala tentaranya. Ar-Ridha meriwayatkan dari Ali ra, dia berkata:

“Sesungguhnya aku membenci untuk kalian jika kalian menjadi (more…)

Syi’ah Menyalahi Ahlul Bait (4)

Begitu pula, Syi’ah telah menyombongkan diri di atas orang-orang yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan menyertai manusia terbaik-Nya, semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam yang terbaik untuknya.

Inilah akidah Syi’ah Rafidhah tentang sahabat Rasul Saw yang telah menyiarkan Islam ke seluruh ujung dunia. Seandainya bukan karena mereka tentu Islam tidak memiliki negara dan wilayah. Mereka telah mengorbankan darah-darah mereka demi mencari wajah dan ridha Allah SWT.

Untuk merekalah Allah berfirman: “Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya” (at-Taubah: 89).

Mereka adalah bukti kebenaran ayat “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam keadaan ketakutan menjadi aman sentausa” (an-Nur: 55).

Dengan mencaci sahabat berarti Syi’ah berbuat buruk kepada Allah dan merendahkan martabat Rasul-Nya yang mulia. Allah SWT tatkala mengutus Rasul-Nya yang “amin” kepada seluruh manusia, mengutusnya sebagai “pengajar”, “pendidik” dan “pemberi hidayah”, Allah menyatakan: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (al-Jumu’ah: 12).

Setelah Rasul Saw mengajar, mandidik dan menyucikan para sahabatnya Saw dan mengentaskan dari jurang kebodohan menuju cahaya Islam mengenyangkan arwah mereka dengan keutamaan-keutamaan iman, membersihkan jiwa mereka dengan al-Qur’an dan al-Hikmah. Allah SWT memujinya dan para sahabatnya dalam firman-Nya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (al-Fath: 29).

Sebagaimana yang kita sebutkan, kita akan melumpuhkan penghinaan Rafidhah terhadap sahabat Rasul Saw dengan kitab-kitab mereka sendiri.

Inilah Ali ra beliau mencaci dan menjelekkan Syi’ah dan memuji para sahabat Rasul Saw. Beliau berkata:

“Sungguh saya telah melihat para sahabat Muhammad Saw, tidak satupun di antara mereka yang mirip dengan kamu! Mereka di pagi hari rambutnya kusut dan wajahnya penuh debu, karena semalaman telah sujud (more…)

Syi’ah Menyalahi Ahlul Bait (3)

gen2Orang-Orang Syi’ah memiliki sebuah do’a yang mereka namai “do’a dua berhala Quraisy” maksudnya Abu Bakar dan Umar, yaitu do’a yang mereka idolakan sebagai wasilah taqarrub kepada Allah SWT -menurut dugaan mereka yang sesat itu-, mereka sangat memeperhatikannya dalam shalat-shalat mereka.

Do’a itu berbunyi: “Ya Allah laknatilah kedua berhala Quraisy, kedua patung Quraisy, kedua thaghut Quraisy, kedua pendusta Quraisy dan kedua putrinya. Keduanya telah menyalahi perintah-Mu, menolak wahyu-Mu, mengingkari nikmat-Mu, mendurhakai Rasul-Mu, membalik agama-Mu, merubah kitab-Mu, mencintai musuh-musuh-Mu, melupakan semua karunia-Mu, menelantarkan hukum-hukum-Mu dan mengingkari bukti-bukti kebenaran (dari)-Mu…..Ya Allah laknatilah keduanya dalam relung rahasia-Mu dan dalam alam nyata-Mu, laknat yang banyak, terus-menerus, abadi, selama-lamanya, tidak pernah henti dan tidak pernah putus, tidak pernah habis dan tidak pernah pupus, menerjang awalnya dan tidak kembali akhirnya, untuk mereka, pembantu mereka, penolong mereka, pecinta mereka, para mawali mereka, yang pasrah kepada mereke, yang cenderung kepada mereka, yang meninggikan mereka, yang meneladani ucapan mereka dan yang membenarkan hukum mereka. Ya Allah siksalah mereka dengan siksa yang penduduk nerakapun berlindung dari padanya. Amin ya Rabbal ‘Alamin”.[1]

Mereka mengatakan keutamaan do’a ini luar biasa agung dan luhur, mereka mengucapkan dusta atas Ali bahwa Ali membacanya dalam qunut dan mengatakan tentang fadhilahnya,

“Orang yang berdo’a dengannya bagaikan pemanah bersama Nabi pada perang Badar dan pada perang Hunain dengan seribu anak panah”.[2]

Ya Allah jadikanlah seribu anak panah di leher-leher mereka sendiri!

Al-Kasy-syi pembesar Syi’ah ini, meriwayatkan dalam al-Jarh wa at-Ta’dil dari Hamzah ibn Muhammad ath-Thayyar, ia berkata: “Kami menyebut Muhammad ibn Abi Bakar di hadapan Abu Abdillah.” Maka imam berkata: “Semoga Allah merahmatinya, ia (Muhammad ibn Abi Bakar) berkata kepada Amirul Mukminin pada suatu hari: “Berikan tanganmu aku akan membai’atmu,” (more…)

Go to Top