BAB I.

PERTUMBUHAN SYI’AH

Semenjak terbitnya fajar Islam di ufuk dunia dan semenjak risalah Muhammad –Shalallahu alaihi wa salam- tertulis di lembaran sejarah yang terang, penuh dengan cahaya hidayah Nabi yang shadiq lagi terpercaya yang menjadi penghulu para Rasul Saw, semenjak itu para musuh Islam telah merancang rencana jahat untuk melenyapkan agama dan untuk memperburuk wajahnya dan untuk mencampurnya dengan berbagai kebatilan dan khurafat. Semua itu dilakukan dengan tujuan menutupi cahaya ini dari kehidupan.

Akan tetapi Allah selalu menggagalkan, “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka. Dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci” (Ash-Shaff: 8).

Adalah orang-orang Yahudi yang pertama kali menebarkan racun di dalam agama Islam ini untuk memalingkan putra-putra Islam dari agama dan akidah yang lurus. Pemimpin kaum jahat munafik, yang menyembunyikan kekufuran dan menampakkan Islam adalah seorang Yahudi, Abdullah Ibn Saba’, yang geram melihat Islam tersiar dan tersebar di Jazirah Arab, di Imperium Romawi, negeri-negeri Persia sampai ke Afrika dan masuk jauh di Asia, bahkan sampai berkibar di perbatasan-perbatasan Eropa. Ibn Saba’ ingin menghadang langkah Islam supaya tidak menguasai dunia yang berarti kekalahan dan kematian bagi Yahudi, maka Ibn saba’ merencanakan makar bersama Yahudi Shan’a (Yaman) untuk mengacaukan Islam dan umatnya. Mereka menyebarkan orang-orangnya termasuk Ibn Saba’ sendiri ke berbagai wilayah Islam termasuk ke ibu kota khilafah, Madinah Nabawiyah. Mereka mulai menebar racun dan menyulut fitnah dengan memprovokasi orang-orang yang lugu dan berhati sakit untuk menentang khalifah Utsman -Radiallahu anhu-. Pada waktu itu juga mereka memperlihatkan rasa cinta dan setia kepada Ali ibn Abi Thalib –Radiallahu anhu-. Mereka mendukung dan mengaku kelompok Ali, padahal Ali tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.

Fitnah ini terus menggelinding. Mereka mencampur pemikiran mereka dengan akidah-akidah yang rusak. Dan mereka menyebut diri mereka sebagai “Syi’ah Ali” (Pendukung Ali), padahal Ali membenci mereka, bahkan Ali sendiri telah menghukum dan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, begitu pula putra-putra dari keturunan Ali membenci dan melaknat mereka, akan tetapi kenyataan ini dirahasiakan dan ditutup-tutupi serta kemudian dirubah dan diganti secara licik dan keji. Pada waktu orang-orang Majusi juga menyimpan dendam terhadap Islam, maka bertemulah Majusi dan Yahudi menyatukan rencana dan misi mereka untuk menumpas Islam.

Hal ini diakui oleh tokoh-tokoh besar Syi’ah. Terutama ulama yang menulis tentang biografi tokoh-tokoh Syi’ah, ulama-ulama yang mereka nilai sebagai “tsiqah”, “dalam ilmunya”, “bagus akidahnya”, “lurus mazhhabnya” dan “sangat menguasai riwayat dan para rawi”. Kitab merekapun disebut sebagai “Kitab terpenting tentang tokoh-tokoh Syi’ah”, “Kitab induk”, “Kitab andalan” dan “Kitab terpercaya”. Kitab tarajum (Biografi dan sejarah para tokoh) mereka yang terpenting ada empat, dan yang paling tua serta paling utama adalah “Ma’rifat an-Naqilin ‘an al-Aimmah ash-Shadiqin” yang lebih dikenal dengan sebutan “Rijal al-Kasy-syi”.

Al-Kasy-syi berkata: “Sebagian ahli ilmu menyebutkan bahwa Ibn Saba’ adalah seorang Yahudi lalu masuk Islam dan mendukung Ali as. Ketika dia masih Yahudi dia berkata bahwa Yusya’ ibn Nun adalah washi (penerima wasiat) dari nabi Musa as.-secara berlebihan- kemudian ketika Islamnya, setelah wafatnya Rasulullah –Shalallahu alaihi wa salam- ia mengatakan tentang Ali sama dengan hal di atas. Dia adalah orang pertama yang menyebarkan ucapan tentang kepastian imamah Ali, dan yang menyatakan berlepas diri dari musuh-musuh Ali. Dia mengungkapkan lawan-lawan Ali dan mengkafirkan mereka, dari sinilah orang yang tak sepaham dengan Syi’ah mengatakan bahwa “tasyayyu’” (mendukung Ali) dan “rafdh” (menolak khalifah selain Ali) adalah diambil dari agama Yahudi.”

Ini adalah kesaksian Syi’ah sendiri!

Sebagaimana hal tersebut dikuatkan oleh al-Mamqani, seorang imam di bidang “al-Jarh wa at-Ta’dil” yang dijuluki dengan gelar “Ayatullah”. Dia mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh al-Kasy-syi.

Begitu pula An-Nubakhti, tokoh Syi’ah yang amat terkenal itu mengatakan dalam kitabnya “Firaq Asy-Syi’ah”:

“Abdullah Ibn Saba’ adalah termasuk orang yang menampakkan cacian kepada Abu Bakar, Umar, Utsman dan para sahabat. Ia berlepas diri dari mereka dan mengatakan bahwa Ali as telah memerintahkannnya berbuat begitu. Maka Ali menangkapnya dan menanyai tentang ucapannya itu, ternyata ia mengakuinya. Maka Ali memerintahkan untuk membunuhnya.

Orang-orang berteriak kepada Ali, “Wahai Amirul Mukminin! Apakah anda akan membunuh seseorang yang mengajak untuk mencintai anda, ahlul bait, keluarga anda dan mengajak untuk membenci musuh-musuh anda.”

Maka Ali mengusirrnya ke Madain (Ibu kota Iran waktu itu). Dan sekelompok ahli ilmu dari sahabat Ali ra mengisahkan bahwa Ibn Saba’ adalah seorang Yahudi lalu masuk Islam dan menyatakan setia kepada Ali as. Ketika masih Yahudi ia berkata tentang Yusya’ ibn Nun setelah Musa as seperti ucapan-ucapan tadi. Dan ketika masuk Islam, setelah Rasul saw ia mengatakan tentang Ali as semisal hal tersebut. Dia adalah orang pertama yang menyebarkan faham tentang kepastian imamah Ali as, menampakan permusuhan terhadap musuh-musuh Ali dan mengungkap para lawannya. Dari sanalah orang yang di luar Syi’ah mengatakan bahwa akar masalah “Rafdh” diambil dari Yahudi.

Ketika kabar kematian Ali sampai ketelinga Ibn saba’ di Madain dia berkata kepada yang membawa berita duka: “Kamu berdusta, seandainya engkau datang kepada kami dengan membawa (bukti) otaknya yang diletakkan dalam tujuh puluh kantong dan saksi sebanyak tujuh puluh orang yang adil, kami pasti tetap meyakini bahwa dia (Ali) belum mati dan tidak terbunuh. Dia tidak akan mati sebelum mengisi seluruh bumi dengan keadilan”.

(bersambung)

[1] Mukaddimah “Rijal al-Kasy-syi”.

[2] Dia adalah Abu Umar ibn Umar ibn Abdul Aziz al-Kasy-syi, ulama Syi’ah pada abad ke 4 H.

[3] Rijal al-Kasy-syi. Hal 101. Mu’assasah al-A’lami. Karbala. Irak.

[4] Tanqih al-Maqal. Al-Maqani. Juz II/184. Cet Tehran. Iran.

[5] Abu Muhammad al-Hasan ibn Musa an-Nubakhti, ulama pada abad ke 3 H yang dipercaya oleh semua orang Syi’ah.

[6] Ini menunjukkan kecintaan Ali ra kepada para khulafa’ rasyidin dan para sahabat ra.

[7] Firaq asy-Syi’ah. An-Nubakhti. Hal 43-44. Cet al-Haidariyah. Najef. 1379 H.